"Janji ya, kita bersama terus?", ucap Molla, sebuah pohon Ginkgo biloba cantik kepada pinus gagah di depannya. Tama, sang pinus tersenyum seraya mengaitkan dahan-dahannya dengan milik Molla. "Ya, aku janji nggak akan pernah ninggalin kamu.". Mereka berdua saling memandang. Saling tersenyum. Keduanya terlarut dalam suasana senja yang begitu indah.
Molla dan Tama adalah sepasang sahabat berbeda klan. Molla yang sebuah ginkgo adalah anggota dari klan Gymnospermae. Sedangkan Tama berada di klan Angiospermae. Perbedaan itu kadang membuat persahabatan mereka berjalan tidak terlalu mulus. Sesekali klan mereka terlibat cekcok. Klan Gymnospermae sering merasa terganggu karena ukuran daun klan seberang yang memang diatas rata-rata. Sedangkan klan Angiospermae merasa kesal akan sikap klan Gymnospermae yang terlalu angkuh dan sombong. Memang, anggota klan itu sebagian besar adalah spesies yang rupawan dan beberapa diantaranya adalah tanaman langka. Ibu Molla tidak pernah setuju anaknya itu bersahabat dengan Tama. Begitu juga sebaliknya, ibu Tama yang selalu menyerengitkan dahi jika melihat keduanya bersama.
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu". Dengan muka serius, Tama mengucapkannya pada Molla saat mereka sedang menikmati senja bersama seperti biasa.
"Katakan saja..." Molla menjawab dengan suaranya yang indah.
Ginkgo cantik itu bertanya dalam hati, tidak biasanya Tama berbicara dengan raut serius seperti kali ini.
dengan terbata-bata, Tama menjawab "Aku ingin kamu tau, selama ini aku........"
Mereka terdiam. Saling memandang satu sama lain. Molla menunggu Tama melanjutkan kata-katanya. Sedangkan Tama bingung harus berkata apa untuk melanjutkan kalimatnya tadi.
Tiba-tiba terdengar teriakan ibu Molla, "Yasudah! Pergi kamu! Aku muak padamu dan klanmu itu!". "Baik! Kami akan pergi! Memangnya siapa yang betah tinggal dengan orang-orang angkuh macam kalian?!". Teriakan ibu Tama tak kalah hebohnya. Awalnya Molla dan Tama megira bahwa itu hanyalah pertengkaran kecil seperti yang biasanya terjadi. Namun sayangnya mereka salah. Peretengkaran kali itu melibatkan seluruh anggota klan, termasuk para pemimpinnya.
Molla dan Tama mengerti sesuatu. Ini tidak akan baik.
Ternyata mereka benar. Esok paginya klan Angiospermae memutuskan untuk meninggalkan hutan yang selama ini mereka tempati bersama klan Gymnospermae. Dan tentu saja Tama harus ikut meninggalkan hutan itu, yang berarti : meninggalkan Molla.
"Kamu janji nggak akan ninggalin aku! Apa kamu lupa janjimu itu?!" Molla berteriak sambil menyeka air matanya yang semakin deras.
"Aku tau, Molla.. Tapi aku harus pergi bersama keluargaku. Maafkan aku.." Tama menjawabnya dengan muka frustasi. Namun air mata Molla terus mengalir. Semakin deras.
"Aku percaya kamu, Tama.. Aku sangat percaya kamu.."
Tiba-tiba Tama berteriak, "Aku sayang kamu! Aku selalu sayang kamu sejak dulu!".
Setelah mengatakannya, pinus itu meninggalkan Molla sendirian sebelum ia sempat menjawab. Di sela-sela tangisnya, Mola bergumam pelan "Aku juga sayang kamu.. Sangat.."
Namun Tama sudah terlalu jauh untuk mendengarnya. Sambil terus berlari, pinus gagah itu meneteskan air mata. Air mata pertama yang ia teteskan untuk sebuah pohon betina.
Sebuah mobil berhenti tepat di depan hutan tempat klan Gymnospermae tinggal. Sekelompok lelaki berbadan kekar keluar dari mobil itu. Beberapa diantaranya membawa kapak.
"Hahahaha.. Banyak sekali pohon ginkgo disini.. Mari ambil beberapa untuk membangun kuil"
Dan sayangnya, Molla adalah salah satu pohon ginkgo tidak beruntung yang akan ditebang orang-orang itu.
Pohon ginkgo memang sering digunakan untuk melindungi kuil dari kebakaran. Karena pohon berdaun indah itu menghasilkan zat yang kebal terhadap api di batangnya. Seperti juga Molla yang digunakan untuk melindungi kuil yang baru dibangun itu. Namun satu, yang tak pernah Molla sangka, kuil itu sendiri terbuat dari batang pohon pinus.
"Hey.. kita bertemu lagi.." Suara itu tidak asing di telinga Molla. Jantungnya berhenti untuk beberapa saat. Air matanya mengalir deras. Ia menangis.
"Kita bertemu lagi dengan keadaan seperti ini ya.. hahahaha"
Ya, Molla dan Tama bertemu kembali. Dalam wujud yang sudah berbeda.
Tama tertawa kencang, namun air matanya meleleh di sela tawanya. Ia sangat merindukan ginkgo cantik itu.
Air mata Molla belum juga berhenti..
"Aku sayang kamu, Tama!"
ahaha iseng bikinnya.. habis baca buku biologi. belum dikasi judul nih.. ada yang punya ide?
lagian, aku juga keinget seseorang. dia sering menjadi inspirasi saya :)
No comments:
Post a Comment